7 April 2019 Minggu Pra-Paska V
MINGGU (Ungu)
Yesaya 43:16-21
Mazmur 126:1-2ab,2cd-3,4-5,6
Filipi 3:8-14
Yohanes 8:1-11
PERTOBATAN MEMBAWA REKONSILIASI DENGAN ALLAH
“… Lalu kata Yesus: “Akupun tidak menghukum engkau. Pergilah,
dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.”
—- Yohanes 8:11
TIADA SATU PUN manusia yang tidak berdosa, selama ia masih hidup di dunia. Hidup di dunia itu sarat dengan keinginan jasmaniah, yang melahirkan berbagai hawa nafsu umpama ‘Rakus’. Kerakusan mendorong kita mengejar materi secara berlebihan, keinginan untuk memperoleh kekuasaan dan popularitas, hasrat ingin lebih unggul dan tidak mau tersaingi sesamanya, dan lain sebagainya. Rasa tidak puas akan apa yang telah dimiliki atau dicapai, akan sangat mudah menjerumuskan banyak orang ke dalam tubir dosa.
Kitab Nabi Yesaya (43:16-21) menggambarkan bagaimana Allah begitu mengasihi bangsa Israel, umat pilihan-Nya. Perjalanan mereka yang panjang dan terkesan lama melewati berbagai tempat, bahkan sempat menjadi tawanan suku Kasdim dari Babel. Penderitaan demi penderitaan dan segala macam tantangan harus mereka lalui. Tanpa dibatasi oleh dosa dan pelanggaran bangsa itu terhadap Allah Israel, Ia selalu setia membesarkan hati mereka, berjanji menyertai mereka, melakukan berbagai keajaiban dalam hidup mereka. Kasih Allah sungguh luar biasa sehingga patutlah nama-Nya dimuliakan, ditinggikan, diluhurkan dan diagungkan oleh semua makhluk ciptaan-Nya sampai selama-lamanya.
Pemazmur memberi pengharapan mengenai bagaimana Tuhan telah melakukan perkara besar kepada bangsanya yang sedang dalam penderitaan sehingga menimbulkan pengharapan akan masa depan yang patut membuat umat-Nya bersukacita. Meskipun saat itu mereka harus memperjuangkan hidup dengan mencucurkan airmata, namun pengharapan yang mereka miliki di dalam Tuhan mampu membuat mereka menyongsong masa depan dengan sorak sorai.
Rasul Paulus dalam suratnya kepada umat di Filipi menyatakan, bahwa dirinya menganggap segala sesuatu yang bersifat lahiriah yang dulunya merupakan sesuatu yang menguntungkan, namun setelah mengenal Yesus Kristus itu semua menjadi hal yang merugikan. Mengapa ? Karena mengenal Yesus Kristus adalah lebih mulia daripada semua yang telah diraih atau dicapainya. Hal ini sangat berkesan bagi kita semua yang hidup di zaman yang serba instant. Semua impian ingin diraih dan dicapai dengan begitu cepatnya tanpa memperhitungkan faktor moral dan etika bermasyarakat. Kita bisa melihat contohnya bagaimana beberapa orang sangat ingin menghasilkan uang yang banyak dan cepat, dengan menjual narkoba, padahal dampaknya sangat merugikan generasi muda sebagai generasi penerus bangsa.
Tuhan Yesus dalam Kerahiman-Nya , mengajarkan kita untuk bertobat seperti perempuan yang kedapatan berzinah. Ketika ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi hendak menghakimi dan menghukum rajam perempuan itu, Yesus mencegah mereka. Dan Yesus sendiri tidak menghukum perempuan berzinah itu. Yesus mengatakan “Aku pun tidak menghukum engkau. . Pergilah dan jangan berbuat dosa lagi” (Yoh 8:11).
Maka tepatlah kalau Yesus meminta kita semua untuk bertobat dan meninggalkan kebiasaan kita yang buruk yang membuat kita menjadi berdosa. Kinilah saat yang tepat, pada masa Pra-Paska ini, kita semua menanggalkan segala dosa dan hal-hal yang menjauhkan diri kita dari Tuhan, Sang Kebenaran.
Sebagai orang Katolik, Gereja telah menyediakan sarana pertobatan, yaitu Sakramen Penyembuhan lewat Tobat, sebuah pengakuan diri di hadapan Tuhan dengan penuh kerendahan hati mengakui semua dosa yang telah menjadi penghalang hubungan kita dengan Tuhan. Dan kita bertekad meninggalkan pola hidup lama penuh dosa. Dalam Sakramen ini pula, kita nyatakan dan percaya akan pengampunan-Nya atas dosa-dosa kita. Marilah kita kembali menjalin relasi yang baik dengan Allah , ber-rekonsiliasi dengan-Nya dan dengan diri kita sendiri. Pertobatan membawa kita ke rekonsiliasi. (LP)
Doa: Tuhan Yesus, teguhkan hatiku untuk mampu menyalurkan belas kasih-Mu kepada sesamaku melalui seluruh kemampuan yang ada dalam diriku dan seturut kehendak-Mu. Amin.
Janji: “Lihat, Aku hendak membuat sesuatu yang baru, yang sekarang sudah tumbuh, belumkah kamu mengetahuinya? Ya, Aku hendak membuat jalan di padang gurun dan sungai-sungai di padang belantara.” —- Yesaya 43:19
Pujian: Santo Yohanes Baptista de la Salle, yang kita peringati tanggal 7 April ini, menyalurkan rasa belas kasihnya kepada anak-anak kaum miskin dengan membuka sekolah-sekolah. Ia membentuk suatu Kongregasi baru, Kongregasi Bruder-Bruder Sekolah Kristiani supaya tersedia para pengajar bagi anak-anak tersebut. Ia pun mengajar anak-anak itu sendiri, dan menghabiskan sebagian besar waktunya untuk membekali para bruder pengajar. Santo Yohanes menuliskan suatu regula dan sebuah buku berisi penjelasan mengenai cara terbaik untuk mengajar. St. Yohanes Baptista de la Salle merupakan salah seorang pendidik terbaik sepanjang masa.