Mengambil Keputusan: Ikut Pikiran Allah atau Pikiran Setan
Romo Felix Supranto, SS.CC
Pada suatu hari, seorang ibu melihat tetangganya sangat kekurangan. Tetangganya itu kehabisan kebutuhan pokok untuk bertahan hidup dan anaknya sedang sakit pula. Ibu itu memiliki uang dua juta rupiah. Ada peperangan dalam batinnya antara memberikan uangnya itu kepada tetangganya tersebut atau menutup mata dengan persoalannya.
Ada bisikan dalam pikirannya, “Jangan beri uang itu karena kamu sendiri masih memerlukannya”. Pada saat yang sama, muncul juga bisikan lain, “Jangan egois, tetanggamu sangat membutuhkan bantuanmu sekarang. Tanpa bantuanmu itu, tetanggamu itu akan mati kelaparan dan anaknya akan bernasib sama karena tidak mendapatkan pertolongan medis”. Syukurlah ibu itu mengambil pilihan yang benar, yaitu membantu tetangganya itu di tengah kekurangannya sendiri dengan keyakinan bahwa Allah sedang ingin menyalurkan pertolongan-Nya melalui dirinya. Ia yakin bahwa Allah pasti memeliharanya sehingga ia tidak perlu kuatir dengan hidupnya.
Iblis adalah penipu. Ia menggunakan pikiran kita sebagai medan pertempuran untuk berperang dengan kita. Iblis adalah sumber pikiran yang gelap dan menyesatkan. Tujuan iblis adalah menjauhkan kita dari rencana yang baik dari Allah bagi kita.
Kita sedang dalam peperangan dengan iblis di dalam dunia pikiran kita. Peperangan itu adalah peperangan spiritual dalam arti bukan dalam bentuk fisik atau jasmani. Karena merupakan peperangan spiritual, pikiran-pikiran kita tidak dapat dilihat, tetapi kita bisa melihat buahnya. Pikiran-pikiran itu bekerja dalam dunia spiritual sehingga kita tidak menyadari betapa kuatnya mereka. Karena itu, kita cenderung mengabaikan apa yang tidak dapat kita lihat.
Semua pikiran yang jahat datang dari iblis. Iblis adalah prakarsa dari pikiran-pikiran yang menghancurkan. Pendek kata, iblis menghasut kita untuk memiliki pikiran-pikiran yang jahat. Iblis memasukkan pikiran untuk mengkianati Yesus ke dalam hati Yudas Iskariot: “Mereka sedang makan bersama, dan Iblis telah membisikkan rencana dalam hati Yudas Iskariot, anak Simon, untuk mengkhianati Dia” (Yohanes 13 : 2).
Kita tidak perlu takut dengan iblis karena Allah telah memberikan kepada kita kuasa untuk dapat mengatasinya. Namun demikian, kita tidak boleh cuek dengan tipu muslihatnya. Kita harus dapat mengenal bagaimana iblis bekerja sehingga kita tahu apa yang harus kita lakukan agar kita tidak jatuh dalam tipu muslihatnya.
Cara melawan iblis adalah dengan iman. Iman berarti memegang teguh yang kita percayai sebagai kebenaran. Kebenaran dalam arti dari apa yang telah tertulis dalam Kitab Suci. Apa yang kita percayai itu hendaknya tertanam dalam hati dan pikiran kita. Santo Petrus mengatakan, “Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya. Lawanlah dia dengan iman yang teguh” (1 Petrus 5 : 8 – 9a).
Salam Tangguh !