Romantika bersama Tuhan, Bukan Aku Tapi Engkau
Oleh Eleine Magdalena, Penulis buku-buku best seller, Kandidat Doktor Teologi
Sebuah lilin kecil dibawa seorang pria menaiki menara. Dalam perjalanan, lilin ini bertanya: “Hendak ke mana kita?”
“Kita akan naik ke puncak menara untuk memberi petunjuk kepada kapal-kapal besar di tengah laut,” jawab si pria itu.
“Apa? Mungkinkah aku bisa memberi petunjuk kepada kapal besar dengan cahayaku yang kecil? Kapal-kapal itu tidak akan melihat cahayaku yang lemah,” demikian pikir si lilin.
Kemudian sampailah mereka di puncak di mana ada lampu besar dengan kaca pemantul. Pria itu memakai lilin ini untuk menyalakan lampu besar. Dengan sekejap tempat itu menjadi sangat terang.
Seperti juga lilin, kecil kemampuan kita terbatas. Kemampuan kita hanya tetap kecil jika kita tidak menaruhnya di tangan Allah.
Sebaliknya, walaupun kemampuan kita biasa-biasa saja bahkan cenderung kurang, namun dapat membawa manfaat besar bagi orang banyak jika kita menyerahkan hidup kepada Allah.
Yohanes Pembaptis menjalankan tugasnya, yaitu memperkenalkan Yesus dan mengantarkan orang kepada Yesus. Ia sadar bukan dirinyalah yang patut diikuti. Yesuslah Sang Penyelamat yang dinubuatkan oleh para Nabi, yang harus diikuti.
Yohanes menjalankan tugasnya dengan benar. Ia tidak minder, juga tidak membuat orang-orang “melekat” kepadanya.
Ketika Yesus datang, Yohanes meminta murid-muridnya tidak lagi mengikutinya, melainkan mengikuti Yesus.
Yesus memuji Yohanes: “…Benar, dan Aku berkata kepadamu, bahkan lebih daripada nabi….Sesungguhnya di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan, tidak pernah tampil seorang yang lebih besar daripada Yohanes Pembaptis…” (Mat 11:9, 11).
Yesus pun mengakui bahwa Yohanes adalah utusan-Nya (Mat 11:10). Jika kita menjalankan tugas sebagaimana mestinya, maka Tuhan pun akan mengakui kita sebagai hamba dan rekan sekerja-Nya.
Tidak ada yang lebih indah daripada mendapatkan pengakuan dari Tuhan.
Setiap orang Kristen mempunyai tugas memperkenalkan Yesus dan mengantar orang lain kepada Kristus.
Mungkin kita pernah minder dan merasa tidak bisa berbicara atau berdoa dengan baik.
Mungkin pula kita menganggap hidup kita belum beres. Dalam keadaan seperti ini kita merasa tidak pantas atau tidak mampu membawa orang lain kepada Yesus.
Kita merasa kecil dan cahaya kita lemah. Atau di sisi lain, tanpa sadar kita bukannya mengantar orang kepada Yesus tapi kepada diri sendiri.
Jika kita ingin orang kagum karena kita hebat, maka itu belum mengantar orang kepada Yesus tetapi kepada diri kita.
Mengantar orang pada Yesus, yaitu jika kita mengakui dalam hati, pikiran, perkataan dan perbuatan: “Bukan aku, ya Tuhan melainkan Engkau”.
Kita bisa karena Tuhan. Dari diri sendiri kita bukan apa-apa. Kita hanyalah lilin kecil yang berada di tangan-Nya.
Yesuslah cahaya sejati yang dapat menerangi gelapnya hati manusia.