EPIOUSIOS
Oleh Pater Kimy Ndelo, CSsR, Provinsial Redemptoris
Ada sebuah kisah tentang peristiwa di sebuah kota kecil yang selalu sepi. Tidak banyak hal terjadi di situ. Namun, suatu hari, seorang pengusaha lokal mendirikan sebuah kedai minuman, sebuah mini bar. Tempat itu lalu menjadi ramai setiap hari.
Sekelompok orang Kristen dari Gereja lokal prihatin dan mereka mengadakan pertemuan doa setiap malam untuk meminta campur tangan Tuhan. “Kebetulan”, tak lama kemudian, petir menyambar kedai yang membakarnya hingga rata dengan tanah.
Pemilik bar menggugat Gereja, mengklaim bahwa doa-doa jemaat bertanggung jawab, tetapi Gereja menyewa seorang pengacara untuk membantah di pengadilan bahwa mereka tidak bertanggung jawab.
Hakim ketua, setelah peninjauan awal kasus tersebut, menyatakan, “Tidak peduli bagaimana kasus ini terungkap, satu hal yang jelas: pemilik kedai percaya pada doa dan orang-orang Kristen tidak.”
Yesus mengajar doa “Bapa Kami” kepada murid-murid-Nya. (Luk 11:1-4). Sepintas ini pengajaran biasa saja, seperti halnya Yohanes mengajar murid-muridnya berdoa. Isinya pun nampak biasa, ada pujian, syukur dan permohonan.
Akan tetapi di balik itu ada hal-hal khusus yang membuat doa ini istimewa. Doa ini adalah doa khusus yang diajarkan Yesus bagi para murid-Nya atau para pengikut-Nya di kemudian hari. Doa ini bukan doa umum yang bisa didoakan oleh siapa saja.
Hal paling unik dari doa ini adalah permohonan “Berikanlah kami setiap hari makanan kami yang secukupnya”. Dalam bahasa Inggris sedikit lebih dekat ke bahasa aslinya Yunani: “Give us today our daily bread”.
Dalam sebuah analisIs retorik semitis-gaya tulisan kuno orang Yahudi, disebutkan bahwa sentral atau pusat dari doa terletak pada permohonan ini. Karena menjadi pusat maka maknanya harus dipahami secara khusus pula.
Kata kunci ada pada kata “Epiousios”. Dalam bahasa Inggris menjadi “Daily”. Dalam bahasa Indonesia menjadi “setiap hari” dan ini agak berlebihan.
Kata “Epiousios” ini rupanya datang dari kata Epienai yang berarti “keesokan hari” (Kis 7:26; 16:11; 20:15; 21:18).
Jika diterjemahkan secara teliti, maka permohonannya berbunyi: Berilah kami hari ini roti untuk hari esok! Give us this day our bread for tomorrow!
Mengapa demikian? Karena Yesus dan para murid-Nya dalam perjalanan. Selama perjalanan mereka tidak tahu akan makan apa pada esok harinya. Hari esok untuk orang Yahudi dimulai pada saat matahari terbenam.
Artinya, mereka berdoa mohon makan malam supaya bisa istirahat dan kuat lagi untuk berjalan ketika matahari terbit.
Mengapa hanya minta untuk satu hari? Orang dalam perjalanan tidak mempunyai tempat untuk menyimpan makanan atau membawa bekal yang banyak. Beban mereka harus seringan mungkin supaya gerakannya lincah.
Hal ini senada dengan kata-kata Yesus pada kesempatan lain: “Janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya tersendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.” (Mat 6:34).
Doa Bapa Kami adalah tipe doa orang-orang yang sibuk bekerja untuk Kerajaan Allah. Mereka harus terus bergerak untuk mencapai hasil. Soal apa yang dimakan dan diminum nanti malam atau esok hari, dipercayakan pada Tuhan.
Doa Bapa Kami adalah doa orang-orang yang aktif, yang berjalan. Bukan doa orang-orang malas, yang duduk bersenang-senang, apalagi mau tidur.
Setiap doa mempunyai waktu dan tujuan tersendiri, ibarat obat untuk penyakit tertentu. Satu doa belum tentu berlaku untuk semua kesempatan dan kebutuhan.
Berdoa pun perlu kritis dan pintar, karena Tuhan sendiri Maha Pintar.
Salam dari Wisma Sang Penebus, Nandan, Yogyakarta