MEREDAM RASA DENDAM
Rasa dendam bisa muncul karena orang dilukai oleh sesamanya. Rasa itu bisa muncul juga karena perasaan yang berasal dari khayalan pribadi sendiri. Itulah yang barangkali terjadi dengan Saul.
Tatkala Daud kembali dari mengalahkan Goliat, banyak perempuan menyambutnya sambil menari dan menyanyi. Mereka berseru bahwa Saul telah mengalahkan beribu-ribu musuh, tetapi Daud berlaksa-laksa (1 Sam 18: 7).
“Lalu bangkitlah amarah Saul dengan sangat; dan perkataan itu menyebalkan hatinya” (1 Sam 18: 8). Lebih lagi, “Sejak hari itu maka Saul selalu mendengki Daud” (1 Sam 18: 9).
Bahkan lebih buruk lagi. “Saul mengatakan kepada Yonatan, anaknya, dan kepada semua pegawainya, bahwa Daud harus dibunuh” (1 Sam 19: 1).
Dari mana asal rasa dendam dan dengki itu? Dari perasaan Saul sendiri. Kata-kata para perempuan itu ditafsirkannya sebagai penilaian negatif atas dirinya. Lalu membuat dirinya khawatir. Kekhawatiran itu menjadi pintu masuk rasa marah dan dendam.
Dua perasaan itu sering merupakan akar dari pembunuhan. Ingat Kain yang membunuh Abil, saudaranya (Kej 4: 1-16)? Waktu itu Tuhan mengingatkan supaya Kain tidak panas hati dan iri kepada saudaranya.
“Firman TUHAN kepada Kain, “Mengapa hatimu panas dan mukamu muram? Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya” (Kej 1: 6-7).
Kamis, 20 Januari 2022
RP Albertus Magnus Herwanta, O. Carm.
Kejahatan ada di mana-mana. Tetapi dia hanya merasuki orang yang membiarkan dirinya lemah dan dikuasainya. Tuhan mengajar supaya manusia mengalahkannya. Dengan memadamkan akarnya. Misalnya, amarah dan dendam. Bila tidak dicegah, bisa berujung pada pembunuhan. Berhati-hatilah!