BELAJAR DARI LABA-LABA
Oleh Romo John Kota Sando Pr
Dikatakan bahwa seekor laba-laba jantan sesudah mengawini betinanya akan membiarkan dirinya disengat laba-laba betina sampai mati. Mengapa? Jasad laba-laba jantan itu akan menjadi makanan bagi anak laba-laba pada awal kehidupan mereka sesudah menetas. Kisah ini mengandung pesan bahwa satu harus mati atau mengorbankan segalanya untuk menghasilkan banyak buah kehidupan bagi yang lain. Itulah juga yang dilakukan Yesus untuk kita. Dengan ini juga mau dikatakan bahwa tiada kehidupan dan kebahagiaan tanpa sebuah pengorbanan dan pemberian diri. Memberi dan mengorbankan segalanya dengan tulus adalah cara kita membahagiakan orang lain. Yesus membahagiakan umat manusia dengan cara mengorbankan hidupNya di atas kayu salib. Tentang pengorbanan Yesus Rasul Paulus dalam bacaan pertama mengatakan: “Kristus hanya satu kali saja mengurbankan diriNya untuk menanggung dosa banyak orang” (Ibr.9:28). Pengorbanan Yesus adalah total, satu kali untuk selama-lamanya, demi kebahagiaan dan keselamatan umat manusia.
Bacaan pertama dan bacaan Injil hari minggu ini bercerita tentang pengorbanan dan pemberian tulus kedua orang janda demi menolong orang lain atau demi suatu kebaikan. Sebagai seorang janda tentu hidup mereka sangat sulit ditinggal suami. Tetapi mereka tetap memiliki rasa peduli pada sesama dengan cara memberi dari kekurangan mereka. Janda dari Sarfat dengan tepung dan minyak yang hanya sedikit ada pada mereka dapat membuatkan roti bagi nabi Elia yang lapar. Oleh karena pemberiannya itu ia mendapatkan berkat dari Tuhan: “Tepung dalam tempayan itu tidak akan pernah habis dan minyak dalam buli-buli itu tidak akan pernah berkurang” (IRaj.17:16). Kebaikan mendatangkan kesejahteraan. Demikianpun seorang janda yang diceritakan dalam bacaan Injil dipuji oleh Yesus di depan para ahli Taurat dan orang-orang kaya karena ia memberi persembahan dari kekurangannya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin itu memberi lebih banyak daripada semua orang, karena ia memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya” (Mrk.12:43-44). Perbuatan baik membuat hidup seseorang berkenan di mata Tuhan.
Apa yang dilakukan oleh kedua janda itu mau mengingatkan kita untuk senantiasa sadar bahwa memberi itu bukan karena kita berkelimpahan, tetapi bagaimana dengan kekayaan cinta yang ada di hati, kita memiliki rasa peduli pada kesulitan sesama. Memberi berarti membuka pintu pertolongan bagi sesama yang mengetuk, membantu sesama untuk mendapatkan apa yang ia cari atau butuhkan, mengulurkan tangan pertolongan bagi sesama yang minta bantuan kita. Dengan memberi kita tidak berkekurangan, tetapi akan berkelebahan. Orang mengatakan: “The more you give, the more you receive ” (Semakin anda memberi, semakin pula juga anda mendapatkan). Karena orang yang memberi hidupnya diberkati Tuhan. Ketika kita berani memberi atau berkorban untuk orang lain, maka kita sudah “kaya”, dan apabila kita melakukannya dalam banyak kesempatan sesungguhnya kita sudah teramat “kaya”. Maka berbahagialah orang yang kaya dalam perbuatan kasih.
Di benua Australia ada sejenis burung yang namanya Thornbirds, yang kalau ia hinggap pada sebatang pohon berduri, dan kemudian ia terluka dan berdarah terkena duri, pada saat itu ia akan menyanyi atau berkicau dengan sangat merdu. Mungkin kita harus juga seperti burung Thornbirds. Kita bersuka cita karena pemberian dan pengorbanan kita dapat membahagiakan sesama. Benarlah kalau orang mengatakan: “Kita bahagia dalam hidup ini bukan karena berapa banyak orang yang mengenal kita, tetapi karena berapa banyak orang yang berbahagia karena kita”. Bunda Teresa dari Calcutta mengatakan: Jika anda ingin membahagiakan orang lain, maka layanilah dengan tulus dan berilah sampai “sakit”.
Salve dan Berkat Tuhan.
Jayapura, 07 November 2021.