GAIRAH HIDUP
Beberapa hari yang lalu, saya pergi ke sebuah desa untuk membantu vaksinasi di sana. Saya bertemu dengan seorang nenek, usia di atas 80 tahun. Ia tinggal di sebuah rumah yang sangat sederhana yang terbuat dari gedek (anyaman bambu). Pendengarannya sudah mulai berkurang karena faktor usia. Namun, senyumannya menunjukkan semangat hidupnya. Ketika saya menemuinya, ia sedang menyapu halamannya. Saya berkata kepadanya : “Nenek, hari kan sudah mulai terik, mengapa nenek tidak istirahat ?” Nenek itu menjawab : “Saya tiga kali dalam sehari menyapu halaman ini. Dengan bergerak, saya tetap sehat di usia saya yang senja ini. Saya senantiasa bersyukur kepada Allah atas hidup ini. Saya berusaha melakukan sesuatu agar hidup saya tidak membosankan”.
Nenek tersebut senantiasa memelihara semangat di dalam hidupnya. Semangat hidupnya itu bersumber pada sikap syukur kepada Allah. Demikian juga, kita hendaknya mensyukuri banyak hal yang baik yang telah Ia anugerahkan kepada kita sehingga hidup kita tidak membosankan.
Saya sering melihat banyak orang telah kehilangan semangat hidupnya walaupun mereka masih muda. Pada waktu tertentu, mereka sangat bergairah dengan hidupnya. Mereka bangun pagi dengan semangat. Ketika waktu telah berjalan beberapa saat, mereka mengalami kekecewaan dan tekanan hidup. Kekecewaan dan tekanan hidup itu menjadi sumber hilangnya gairah hidup. Mereka kehilangan api semangat di dalam jiwanya.
Pada saat ini kita mungkin merasakan kehidupan kita membosankan. Relasi dalam keluarga kita dan pekerjaan kita sudah mulai terasa basi. Semuanya itu terjadi karena kehidupan kita terasa rutin. Allah tidak menghendaki kita hidup tanpa kebahagiaan.
Agar hidup kita bahagia, kita hendaknya menjaga api harapan dalam hidup kita terus menyala di tengah-tengah kesulitan. Harapan itu mungkin hanya kecil bagaikan api yang berkedip. Kita hendaknya tidak mematikannya dengan berhenti untuk bermimpi. Kita hendaknya bersyukur bahwa masih ada api harapan di dalam hati kita. Tugas kita adalah mengipas api tersebut sehingga bisa menjadi besar sehingga membakar kembali semangat kita. Caranya adalah kita tidak membiarkan diri kita terus menerus melihat kegagalan-kegagalan yang telah terjadi dan mulai bersyukur atas banyak hal yang baik dalam hidup kita. Kita hendaknya berdoa : “Ya Allah, saya tidak akan membiarkan hidupku dikalahkan dan menjadi depresi. Impian saya mungkin belum terwujud saat ini karena masih banyak halangan yang harus saya hadapi. Namun demikian, saya percaya bahwa Engkau mengendalikan hidup saya. Saya percaya bahwa Engkau telah menyiapkan banyak hal besar bagi saya. Karena itu, saya akan terus bergairah menjalani hidupku”.
“Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan” (Roma 12 : 11).
Salam Tangguh
Romo Felix Supranto, SS.CC