Melalui Bunda Maria Kita Sampai pada Yesus
Oleh Romo John Kota Sando, Pr
Dari kodratnya setiap manusia mempunyai jiwa pemberi. Mungkin kita perlu belajar dari tubuh kita sendiri. Ketika gerak darah dihentikan, maka matilah tubuh kita. Darah tidak saja bergerak mengalir, tetapi juga berbagi menyalurkan oksigen dan sari makanan ke seluruh tubuh. Maka boleh dikatakan bahwa bergerak dan berbagi itu membawa kehidupan. Orang yang tidak pernah memberi akan “mati” lebih awal. Mati jiwanya, nuraninya, rasa kemanusiaannya dan solidaritasnya. Memberi itu panggilan Tuhan, panggilan alam dan panggilan kemanusiaan. Maka seharusnya ketika melihat sesama yang menderita, maka kita tak perlu menunggu waktu lama untuk menolong. Ada ungkapan yang mengatakan, “Bis das qui cito dat” – menolong lebih cepat sama dengan memberi dua kali lipat.
Ada sebuah ungkapan dari Film Laskar Pelangi yang mengatakan: “Hiduplah untuk memberi sebanyak-banyaknya, bukan untuk menerima sebanyak-banyaknya”. Bacaan Injil hari ini mengajak kita untuk mencintai sesama dengan cara memberi. Memberi itu bukan karena kita berkelebihan, tetapi bagaimana kita mempunyai hati yang peduli pada kesulitan sesama. Memberi berarti membuka pintu ketika sesama mengetuk, membantu sesama untuk mendapatkan apa yang ia cari, mengulurkan tangan pertolongan ketika sesama meminta sesuatu. Dengan memberi kita tidak berkekurangan, tetapi akan berkelebihan. Karena orang yang memberi hidupnya diberkati Tuhan. Bunda Teresa dari Calcutta mengatakan, “Jika anda ingin membahagiakan orang lain, maka layanilah dan berilah sampai “sakit”. Karena itu pakailah hatimu untuk mengasihi dan tanganmu untuk melayani (memberi)”.
Salve dan Berkat Tuhan.
Jayapura, 07 Oktober 2021.