Paus Fransiskus: Ukuran Kesuksesan Hakiki adalah yang Anda Berikan, Bukan yang Anda Punya
Paus Fransiskus mengatakan, di mata Tuhan, kesuksesan diukur “bukan pada apa yang dimiliki seseorang, tetapi pada apa yang diberikan seseorang.”
Dalam pidato Angelus-nya pada 19 September, Paus merenungkan bacaan Injil hari itu, Markus 9:30-37, di mana Yesus menyatakan bahwa “Jika seseorang ingin menjadi yang pertama, ia akan menjadi yang terakhir dari semuanya dan menjadi hamba dari semua .”
Paus berkata, “Melalui ungkapan yang mengejutkan ini, Tuhan meresmikan pembalikan: Dia membalikkan kriteria tentang apa yang benar-benar penting. Nilai seseorang tidak lagi tergantung pada peran yang mereka miliki, pekerjaan yang mereka lakukan, uang yang mereka miliki di bank.”
“Tidak, tidak, tidak, itu tidak tergantung pada ini. Kebesaran dan kesuksesan di mata Tuhan diukur secara berbeda: diukur dengan pelayanan. Bukan pada apa yang dimiliki seseorang, tetapi pada apa yang diberikan seseorang. Apakah Anda ingin menjadi yang pertama? Menyajikan. Ini jalannya.”
Menyampaikan pidatonya yang disiarkan langsung dari jendela yang menghadap ke Lapangan Santo Petrus, Paus mengatakan bahwa mereka yang ingin mengikuti Yesus harus mengambil “jalan pelayanan.”
Kesetiaan kita kepada Tuhan bergantung pada kesediaan kita untuk melayani. Dan kita tahu ini sering kali harus dibayar, karena ‘rasanya seperti salib’. Namun, ketika kepedulian dan ketersediaan kita terhadap orang lain tumbuh, kita menjadi lebih bebas di dalam, lebih seperti Yesus. Semakin kita mengabdi, semakin kita sadar akan kehadiran Tuhan,” jelasnya.
“Di atas segalanya, ketika kami melayani mereka yang tidak dapat memberikan imbalan apa pun, orang miskin, merangkul kesulitan dan kebutuhan mereka dengan belas kasih yang lembut: dan pada gilirannya kami menemukan kasih Tuhan dan merangkul di sana.”
Yesus membawa seorang anak ke hadapan murid-muridnya, dengan mengatakan, ”Siapa pun yang menerima satu anak seperti ini dalam namaku, menerima aku; dan barangsiapa menerima aku, dia tidak menerima aku, melainkan Dia yang mengutus aku.”
Paus berkata: “Dalam Injil, anak tidak melambangkan kepolosan seperti kekecilan. Untuk anak kecil, seperti anak-anak, bergantung pada orang lain, pada orang dewasa, mereka perlu menerima. Yesus memeluk anak-anak itu dan berkata bahwa mereka yang menyambut si kecil, sambutlah dia.”
“Orang-orang yang harus dilayani di atas segalanya adalah mereka yang membutuhkan penerimaan yang tidak dapat memberikan imbalan apa pun. Dalam menyambut mereka yang terpinggirkan, yang terabaikan, kita menyambut Yesus karena Dia ada di sana. Dan dalam diri si kecil, pada orang miskin yang kita layani, kita juga menerima pelukan lembut Tuhan.” (CNA)