Iman Bukan Sekedar Persoalan Intelektual
SABTU 3 Juli 2021 PEKAN BIASA XIII. Pesta St. Tomas, Rasul (M). St. Helidorus Ef.2:19-22; Mzm.117.1.2; Yoh. 20:24-29.
Injil Yohanes 20:27, menulis. Kemudian Ia berkata kepada Tomas: “Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambung-Ku dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah.”
Dalam perkara iman, bukti yang sah dan meyakinkan tidak banyak berlaku. Iman membutuhkan pengalaman, iman membutuhkan keterbukaan atas sentuhan Allah sendiri. Iman bukan hanya sekedar persoalan intelektual, pemikiran logis atau tidak logis. Iman muncul lebih dulu sebelum bukti yang sah dan meyakinkan.
St. Thomas pada akhirnya hanya bisa mengatakan ‘Ya Tuhan ku dan Allah ku’. Pemikirannya yang logis harus tunduk pada kenyataan ilahi yang melampui nalar manusia. Seruan Thomas ini menunjukkan bahwa hanya ketaatan imanlah yang mampu membawanya sampai pada pemahaman akan Yesus, Sang Mesias. Thomas memerlukan sentuhan fisik, namun Allah jauh lebih membawanya masuk dalam sentuhan kasih ilahi. Kasih ilahi membawanya melampaui pemahaman fisik ketubuhan, logika pemikiran, dan nalar yang bertindak.
Apakah iman yang sama seperti Thomas sudah kita miliki? Apakah logika kenikmatan koruptif sudah mampu kita atasi dengan kasih ilahi yang mencukupi diri kita?
Marilah berdoa: Ya Tuhan, ajarilah aku untuk semakin beriman bukan berdasarkan kemampuanku, melainkan percaya karena kasih Ilahi yg mencukupi hidupku. Amin.
Met Akhir Pekan.