SENTUHAN MENYEMBUHKAN
Di tengah badai orang bisa lupa bahwa angin semilir masih ada dan tetap berguna. Saat berada di tengah hingar bingar sedikit yang sadar bahwa sentuhan punya potensi yang besar.
Seperti biasa, khalayak ramai mengikuti Sang Guru Kehidupan. Di mana Dia mengajar, di sana berjubel pendengar. Di tengah kerumunan yang berbondong-bondong mengikutinya, Sang Guru tetap punya perhatian dan kepekaan atas yang kecil dan kurang diperhatikan.
Tetiba seorang yang menderita sakit kusta mendekati Dia dan berkata, “Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat menyembuhkan saya” (Mat 8: 2). Segera Sang Guru menjawab, “Aku mau, jadilah engkau tahir!” (Mat 8: 3). Dia bukan tokoh publik yang tenggelam dalam euforia pengikut-Nya sehingga lupa akan misi utama-Nya.
Dia senantiasa sadar bahwa misi kedatangan-Nya ke dunia adalah untuk menyelamatkan umat manusia; bukan mencari nama. Salah satu wujud nyata dari misi itu adalah memberikan perhatian kepada mereka yang kecil, lemah, tersingkir, sakit atau berdosa.
Orang-orang sakit yang dijamah oleh-Nya sembuh; sentuhan-Nya memang selalu menyembuhkan.
Penyembuhan yang dilakukan-Nya itu mendukung dan membenarkan semua yang diajarkan-Nya. Bahwa Dia datang untuk mewujudkan misi Allah yang mahatinggi; bukan demi diri sendiri.
Kepada-Nya orang dapat mempercayakan dirinya. Mereka yang sakit dapat datang untuk disembuhkan; mereka yang lemah dikuatkan; mereka yang berdosa untuk diampuni; dan yang terbelenggu untuk dibebaskan.
Prasyaratnya adalah secara tulus ikhlas mengakui kelemahan dan keterbatasan dirinya dan mau memohon dengan penuh iman. “Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat menyembuhkan saya” (Mat 8: 2). Di tengah dunia yang amat maju dan berkembang dalam teknologi dan ilmu pengetahuan, berapa banyak yang masih percaya kepada Tuhan? Ketika dilanda pandemi yang amat mengkhawatirkan, masihkah manusia percaya bahwa Tuhan memiliki sentuhan yang menyembuhkan?
Jumat, 25 Juni 2021
RP Albertus Herwanta, O. Carm.