Kasih tanpa Bukti adalah Gombal
Oleh Pater Kimy Ndelo, CSsR, Provinsial CSsR
Seorang pria menulis pesan ini kepada kekasihnya: “Kekasih hatiku, jika dunia ini sepanas Gurun Sahara, aku akan merangkak dengan lututku melewati pasir panas untuk menemuimu. Jika dunia ini bagaikan Samudera Atlantik, aku akan berenang melawan ganasnya ikan hiu untuk menjumpaimu. Aku akan berperang melawan naga yang dahsyat agar berada di sisimu. Sampai jumpa Kamis mendatang jika tidak hujan”. (Ttd: Gombal).
Kata-kata Yesus tentang kasih dalam Injil hari ini singkat dan padat: “Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu.” (Yoh 15,12).
Kata “seperti” dalam bahasa Yunani bisa bermakna ganda. Pertama, berarti mengasihi dengan “cara yang sama” dengan cara Kristus mengasihi kita. Kedua, mengasihi sesama karena Kristus telah mengasihi kita terlebih dahulu.
Yang satu berarti meniru Kristus, dan yang lain berarti menjadikan Kristus sebagai alasan atau motivasi untuk mengasih sesama.
Kristus adalah parameter untuk mengukur atau menilai Kasih Kristiani. Ini jugalah yang bisa membedakan Kasih orang Kristen dibandingkan orang lain.
Dengan demikian, kita tidak sedang mengatakan bahwa di luar orang-orang Kristen tidak ada kasih. Kasih itu ada di mana-mana, dalam diri siapa saja. Bahkan bisa jadi, dalam praktiknya “orang luar” lebih mengasihi dengan cara Kristus walau tidak eksplisit mengatakannya.
Dalam hal Kasih, para pengikut Yesus pada zaman dulu mungkin menawarkan sesuatu yang baru kalau dilihat dari sudut pandang orang Yahudi. Kitab Taurat tidak menawarkan kasih yang universal atau kasih kepada seluruh umat manusia, kepada setiap pribadi. Kasih dalam versi mereka, kalaupun terjadi kepada orang bukan Yahudi, kasih itu harus timbal balik. Artinya mengasihi sebagai balasan atas kasih orang lain.
Kasih versi Yesus menjadi baru karena ditujukan kepada siapa saja, bahkan kepada orang-orang yang tidak layak mendapatkan kasih itu. “Kasihilah musuhmu” adalah contoh versi baru ini.
Kasih versi Yesus ini tentu saja bukan hal yang gampang. Karena itu Yesus memerintahkan, bukan sekadar menyarankan atau menasihati. Kata-kata Yesus harus dimengerti sebagai berikut: Inilah perintahku yaitu Kasihilah sesamamu seperti Aku telah mengasihi kamu. Perintah ini tidak untuk didiskusikan melainkan untuk dilaksanakan.
Pada zaman sekarang, kasih yang sama juga ditawarkan bahkan dipraktikkan oleh orang lain. Kasih orang Kristen menjadi berbeda karena berlandaskan pada Kristus dan ditujukan kepada Kristus. Yesus adalah Model kasih kita.
Bahkan untuk memudahkan kita, Yesus mengidentifikasikan diri-Nya dengan mereka yang harus dikasihi. “Segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudaraku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk aku”. (Mat 25,40).
Karena pilihan hidup Yesus adalah keselamatan yang universal, bagi semua manusia, maka kita bisa menemukan Yesus dalam diri siapa saja, bahkan dalam diri orang-orang bukan Kristen. Siapa pun layak untuk dikasihi. Jika kasih kita masih memerlukan syarat, maka kasih ini tak lebih dari sekadar gombal.
Salam Kasih dari Biara Santo Alfonsus-Konventu Redemptoris Weetebula, Sumba, NTT