MENYERAH ATAU BERTARUNG
Oleh RP Albertus Herwanta, O. Carm
Tatkala menghadapi kesulitan hidup manusia mempunyai dua pilihan. Pertama, menyerah dan kalah. Kedua, berjuang hingga menang. Masing-masing sikap itu dibentuk lewat pendidikan dan dimatangkan dalam iman.
Mudah dijumpai manusia-manusia tipe pertama. Karena karakternya lemah, mereka mudah menyerah. Ketika agamanya juga membentuk mental cepat kalah, kondisinya jadi lebih parah. Tidak jarang mereka mencari kambing hitam (biasanya orang yang lebih sukses daripada dirinya) sebagai penyebab situasi dirinya yang buruk dan terpuruk.
Sebagian orang Yahudi yang berhadapan dengan Sang Guru Kehidupan bisa menjadi contoh. Tatkala Sang Guru mengatakan bahwa Dialah roti yang turun dari surga dan barangsiapa menyantap-Nya akan memiliki hidup kekal, mereka menggerutu. Kata mereka, “Perkataan ini keras, siapa sanggup mendengarkannya” (Yoh 6: 60 ).
Mereka seakan menyalahkan Sang Guru yang mengajarkan hal yang sulit dipahami dan memberikan sesuatu yang tidak dapat diterima. Mendengarkan-Nya saja mereka tidak mau, apalagi percaya dan memahami-Nya. Kemudian mereka pergi meninggalkan Dia.
Sang Guru kemudian menantang para murid-Nya, “Apakah kalian tidak mau pergi juga?” (Yohanes 6:67). Petrus, salah satu murid-Nya menjawab, “Tuhan, ke mana kami akan pergi. Perkataan-Mu adalah perkataan yang hidup yang kekal dan kami telah percaya dan tahu bahwa Engkau adalah yang Kudus dari Allah” (Yoh 6: 68-69).
Jawaban itu menunjukkan sikap Petrus yang tidak menyerah. Walau belum sungguh mengerti, Petrus memilih untuk percaya. Iman itu membuatnya lebih mengerti dan memperoleh keselamatan.
Memang, imanlah yang membuat mengerti; bukan pengertian yang membuahkan iman.
Demikian pula dinamika kehidupan. Diwarnai dengan banyak hal yang tidak selalu dapat dimengerti dengan akal. Mereka yang menyerah pada keterbatasan akal, gagal menjangkau kehidupan yang besar dan penuh misteri. Sebaliknya, mereka yang percaya akan mengatasi kesulitan hidup dan masuk ke dalam misteri hidup yang luas, kaya dan dalam.
Pandemi yang telah lebih dari setahun melanda dunia ini juga misteri. Sulit dipahami! Sebagian orang menghadapinya dengan sikap menyerah dan kalah. Itu tampak dari perilaku tak peduli atau menyalahkan pihak lain. Namun ada pula yang berupaya mencari jalan keluar. Membuat pelbagai vaksin yang dapat membebaskan manusia dari ancaman, terutama kematian. Mereka tidak hanya menunjukkan sikap manusia berpikir, tetapi juga beriman. Benar, siapa beriman memiliki bekal untuk menghadapi ujian kehidupan.
Sabtu, 24 April 2021