SUKACITA TERBESAR
Manusia diciptakan untuk menikmati sukacita kehidupan, baik di dunia sekarang maupun yang akan datang. Sukacita di dunia sementara hanyalah persiapan untuk bahagia yang baka. Maka, orang diajak mencari, menemukan serta menikmati yang kedua.
Jalan untuk menemukan sukacita itu penuh dengan tantangan. Kerap orang tergoda untuk menciptakan sukacita bikinan sendiri, karena jalan yang ditempuhnya terasa buntu dan membuat frustrasi. Aktor intelektual dan pelaku bom bunuh diri adalah contohnya, barangkali.
Sang Guru Kehidupan mengajarkan agar orang mencintai kehidupan. Bukan hanya kehidupan di dunia, tetapi terutama yang abadi. Dia menempuh jalan yang diajarkan-Nya. Cinta-Nya akan dunia mendorong untuk datang ke sana. Tujuannya, membawa umat manusia ke dalam hidup yang baka.
Jalan yang ditempuh-Nya adalah mematikan keinginan duniawi untuk melaksanakan kehendak ilahi. Hal itu tampak dalam sengsara dan kematian-Nya di kayu salib. Kematian-Nya bukan tanda bahwa Dia frustrasi menghadapi hidup ini. Sebaliknya, itu petunjuk nyata bahwa Dia bersatu dan bersama Allah, Sang Pemilik hidup, mengatasi maut.
Untuk mengatasi maut, orang dituntut mematikan keinginannya sendiri. Seperti virus mesti dilawan dengan virus yang sudah dilemahkan. Hasil dari wafat-Nya di salib adalah “matinya maut” itu. Maka, dalam Dia orang menemukan kehidupan sejati yang tak kenal mati.
Hidup demikian itulah yang diperoleh-Nya lewat kematian. Ketaatan-Nya kepada Allah telah menghapuskan pelanggaran Adam-Hawa yang yang mendatangkan dosa dan kematian. Di sana orang dapat menemukan sumber sukacita. Bukankah terbebas dari rasa sakit, derita, tekanan dan kematianlah yang sedang diupayakan manusia selama hidup di dunia ini?
Para aktor intelektual dan pelaku bom bunuh diri sedang mencari itu juga. Kesalahannya terletak pada jalan mati yang lahir dari pikiran frustrasi dalam menghadapi sulitnya kehidupan ini; bukan melakukan kehendak ilahi.
Ajaran dan pengalaman Sang Guru Kehidupan menunjukkan bahwa Dia mengatasi kesulitan terbesar dalam hidup ini, yakni kematian. Dilakukan-Nya bukan dengan bunuh diri, tetapi dengan membunuh sumber yang membuat mati, yakni dosa. Dengan itu Dia mendatangkan kehidupan, baik hidup di dunia ini maupun dunia abadi. Karena itu, bagi setiap orang yang percaya Dia menjadi sumber sukacita.
SELAMAT PASKAH, Kebangkitan Tuhan!
Minggu Paskah, 4 April 2021
RP Albertus Herwanta, O. Carm.