TELADAN PELAYANAN ORANG KRISTIANI ADALAH KRISTUS.
MINGGU 21-03-2021. Pekan Prapaskah V Bacaan : Yer. 31:31-34; Mzm.51:3-4.12-13.14-15; Ibr.5:7-9; Yoh. 12:20-33.
Injil Yohanes 12:24-26, menulis. “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah. Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal. Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situpun pelayan-Ku akan berada. Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa. “
Bacaan Injil hari ini yang disampaikan oleh Yesus sangat keras, bahkan sulit dipahami dan diterima oleh manusia. Yesus seolah-olah menegaskan bahwa para pengikutnya hendaknya tidak mencintai (membenci) nyawanya! Bagaimana mungkin, nyawa adalah milik manusia yang paling berharga. Maka, perlu sekali kiranya kita merenungkan teks hari ini dan mencoba memahaminya, dan menerapkannya dalam hidup kita. Ada tiga hal yang sebenarnya ditekankan Yesus dalam hal ini: model seorang pelayan, tugas seorang pelayan, dan motivasi seorang pelayan Kristus.
Pertama siapa yang menjadi model atau teladan seorang pelayan Kristus? Tidak lain adalah Kristus sendiri. Di ayat 24 Yesus merujuk kepada salib. Dialah biji gandum yang jatuh ke dalam tanah, mati, dan menghasilkan banyak buah. Dengan melayani dan memberikan nyawa-Nya bagi banyak orang, Yesus menebus banyak orang dan membawa mereka kepada kemuliaan (bdk Mrk 10:45, Ibr 2:10). Pelajaran berharga diberikan-Nya kepada kita semua. Yoh 13 mengisahkan bagaimana Yesus membasuh kaki murid-murid-Nya. Ini adalah tugas seorang pelayan, tetapi Yesus melakukannya sebagai contoh bahwa kita harus saling melayani. Dengan melayani orang lain, seorang pengikut Kristus belajar bagaimana “jatuh ke dalam tanah dan mati, namun menghasilkan banyak buah.”
Kedua, tugas atau mandat seorang pelayan Kristus adalah “membenci nyawanya”. Membenci nyawa di dunia ini berarti mematikan egoisme untuk mengasihi sesama demi Yesus. Tidak mencintai nyawa sama dengan memikul salib setiap hari (Luk 9:23). Pengikut Kristus harus melupakan hidup yang berpusat pada diri sendiri, dan mengarahkan hidup pada kemuliaan Allah. Hal ini berarti bahwa pengikut Kristus harus setiap saat berupaya untuk mencintai Allah dan sesama serta mengesampingkan keserakahan dan kesombongan.
Ketiga, motivasi atau tujuan yang menjadi sasaran pengikut Kristus: melayani Yesus, mengikuti-Nya, berbuah banyak, berada bersama Yesus dan dihormati Bapa. Manusia yang melayani Yesus wajib mengikuti-Nya, artinya melaksanakan ajaran dan perintah-Nya. Baru dengan cara ini dia dapat berbuah banyak. Keberadaan Yesus di tengah para pengikutnya menjadi amanat agung-Nya “Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman” (Mat 28:20). Tidak ada pula kehormatan didunia ini yang dapat melebihi hormat Bapa kepada mereka yang telah melayani Putera-Nya dengan setia.
Jadi, mengapa kita harus membenci nyawa kita di dunia? Karena kita ingin mengikuti Yesus dan menjadi seperti Dia. Kita ingin melayani-Nya dan berada bersama-Nya untuk selama-lamanya.
Marilah berdoa: Tuhan, semoga kami sebagai pengikutMu, meneladani Engkau didalam setiap pelayanan untuk kemuliaan namaMu. Amin.
Met Hari Minggu Pra Paskah V.