Kekuatan SABDA
Romo Albertus Herwanta, O. Carm
Manusia berkata-kata dan Allah bersabda. Ada perbedaan besar antara kata-kata manusia dan sabda Allah.
Manusia tidak dapat mengendalikan semua kata yang sudah diucapkannya. Tidak ada penghapus bagi ucapannya. “Be careful with your words. Once they are said, they can be only forgiven, not forgotten,” kata pepatah.
Sedangkan Allah itu menyatu dengan sabda-Nya dan dapat mengendalikan seluruh sabda-Nya. Lebih dahsyat lagi, dari yang tiada Allah menciptakan semua yang ada dengan bersabda. Yang dikehendaki terwujud hanya berkat sabda-Nya.
Kisah penciptaan menceritakan hal itu. Dengan sabda-Nya Allah menciptakan alam semesta dan isinya mulai hari pertama hingga hari keenam. Pada hari ketujuh Allah beristirahat. Apakah enam hari itu berarti 6×24 jam?
Ada yang jauh lebih penting dari pada jawaban atas pertanyaan itu. Pertama, bahwa Allah itu berkarya lewat sabda-Nya yang amat berdaya (powerful). Kedua, semua yang disabdakan itu terwujud dalam segala yang baik, harmonis dan teratur.
Allah menghendaki semuanya tetap demikian. Namun karena dosa manusia, semua yang sebelumnya baik, teratur, rapi dan penuh harmoni menjadi rusak dan mesti direstorasi atau dipulihkan kembali.
Seperti sebelumnya Allah menciptakan semua lewat sabda-Nya, demikian pun upaya Allah dalam memulihkannya. Sabda-Nya itu menjelma menjadi manusia yang melaksanakan sabda-Nya.
Dari Sang Sabda yang menjadi manusia itu keluar dua hal luar biasa. Pertama, sabda yang sangat berdaya. Dia berkeliling untuk berkhotbah dan mengajar dengan penuh kuasa. Kedua, sabda-Nya punya daya menyembuhkan. Karena itu, banyak yang membawa orang sakit kepada-Nya untuk disembuhkan (Mrk 6: 53-56).
Sang sabda yang menjadi manusia itu dapat memahami dan mengampuni dosa. Manusia yang menemukan dirinya rapuh dan berdosa dapat kembali kepada-Nya. Dia menolong mereka yang dengan ikhlas, jujur dan tulus datang kepada-Nya. Dia akan memulihkan mereka dengan daya sabda-Nya.
Shek O HK, 8 Februari 2021