PENGHARAPAN SEJATI
RP Albertus Herwanta, O. Carm.
Sejak mulai menyebarnya serangan Covid-19 hingga ditemukannya vaksin, penduduk dunia berada dalam kondisi harap-harap cemas. Virus itu menyebabkan perubahan mendadak berskala besar yang benar-benar bikin gusar. Mengancam dan merampas rasa tenteram.
Prediksi para ahli tentang masa depan yang biasanya amat meyakinkan bagai kehilangan pegangan. Semua terasa gelap. Perhitungan yang disajikan kurang kokoh menjanjikan pengharapan.
Bagi kaum akademisi situasi itu bukan alasan untuk berhenti berpikir dan meneliti. Tetapi justru memotivasi dan menjadi momen yang tepat untuk mengabdi dengan menawarkan solusi. Mereka merenda pengharapan lewat kinerja ilmu pengetahuan dan teknologi. Misalnya, membuat vaksin, pembuat kekebalan tubuh terhadap Covid-19.
Sebagai makhluk berpengharapan, manusia tidak hanya mengandalkan Iptek. Dalam misteri hidup yang “serba tak pasti” manusia menghadapi tabir yang susah disibak hanya dengan menggunakan otak. Di sini manusia mesti mengandalkan pengharapan yang diberikan oleh Tuhan.
Pengharapan itu memberikan keberanian untuk berjuang. “Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir” (Ibr 6: 19). Ini tidak bertolak dari pemikiran manusia, melainkan atas dasar janji Allah yang diucapkan atas nama diri-Nya sendiri (Ibr 6: 13). Karena Allah itu setia, janji-Nya selalu dipenuhi.
Sementara proses vaksinasi dilaksanakan orang mulai menunjukkan wajah cerah berhiaskan harapan bahwa situasinya akan pulih segera. Ada yang memprediksi bahwa pemulihan ekonomi akan mulai pertengahan tahun ini. Seraya menantikan harapan ini, alangkah bijaksananya jika manusia tetap berpegang pada Sang Guru Kehidupan. Hanya Dialah yang telah masuk ke balik tabir itu dan karenanya dapat serta bersedia memberikan pengharapan sejati.
Shek O HK, 19 Januari 2021