TUNTUTAN BERADAPTASI
Romo Albertus Herwanta, O. Carm
Sembilan belas hari yang lalu mayoritas penduduk dunia merayakan pergantian tahun. Meninggalkan tahun yang sudah berlalu, memasuki tahun yang baru. Perayaan “old and new” itu umumnya dipenuhi antusiasme. Diwarnai dengan harapan akan kehidupan yang lebih baik.
Harapan dalam “old and new” kali lalu, semoga Covid-19 segera lewat dan hidup normal terwujud dengan cepat. Situasi sosial-politik-ekonomi akan pulih ketika penduduk dunia sudah terbebas dari Covid-19 dan sungguh sehat.
Pandemi yang menggoncang tahun 2020 memaksa orang untuk beradaptasi dengan situasi baru yang sulit dan rumit. Sebagian orang menghadapinya dengan sikap putus asa, sebagian yang lain justru menjadi kreatif dan memetik sukses. Semua tergantung pada kemampuan dalam menghadapi tuntutan beradaptasi.
Kendati diberi kemampuan dan daya adaptasi, sebagian orang saja yang mau menggunakannya. Salah satu kendalanya adalah orang dipenjara oleh kebiasaan lama yang telah memberi rasa aman. Takut berubah.
Itu terjadi pada zaman Sang Guru Kehidupan berkarya. Beberapa murid Yohanes Pembaptis dan kaum Farisi bertanya kepada-Nya, “Mengapa murid-murid Yohanes dan murid-murid orang Farisi berpuasa, tetapi murid-murid-Mu tidak?” (Mrk 2: 18). Dia pun menjawab, “Tidak seorangpun menambalkan secarik kain yang belum susut pada baju yang tua, karena jika demikian kain penambal itu akan mencabiknya, yang baru mencabik yang tua, lalu makin besarlah koyaknya” (Mrk 2: 21).
Jawaban itu menegaskan pesan penting. Pertama, orang perlu sadar bahwa hidup ini terus berubah dan berganti. Yang lama perlu ditinggalkan untuk memasuki yang baru. Kedua, perubahan sejati tidak bisa dilakukan secara tambal sulam, tetapi berganti secara menyeluruh. Lebih-lebih perubahan rohani.
Sang Guru Kehidupan datang untuk membarui seluruh kehidupan manusia. Karena itu, orang yang percaya kepada-Nya dituntut melepaskan tradisi dan mentalitas yang sudah lama dipegangnya. Tidak mungkin hanya dengan menempelkannya pada yang sudah lama. Keduanya malah akan rusak dan sia-sia seperti anggur baru yang dimasukkan dalam yang sudah tua (Mrk 2: 22). 7
Shek O HK, 18 Januari 2021
RP Albertus Herwanta, O. Carm.