Sentuhan Ilahi
RP Albertus Herwanta, O. Carm
Betapa perlunya mewaspadai sentuhan. Bisa sangat negatif, bisa pula begitu positif dampaknya. Menyentuh kabel listrik tegangan tinggi tentu amat berisiko. Sedangkan tersentuh cinta membuat orang “klepek-klepek” alias tak berdaya dibuatnya. Dunia terasa berubah seluruhnya.
Bagaimana dengan pengalaman disentuh Allah? Jawabannya bisa ditemukan dalam persekutuan-persekutuan doa. Di sana biasanya ada sesi yang disebut kesaksian. Pada sesi itu beberapa peserta diberi kesempatan tampil atau berbicara tentang pengalaman mereka disentuh oleh Allah. Sebagian kesaksiannya bermutu, karena lahir dari pengalaman rohani yang murni dan asli. Apalagi tatkala itu dibagikan bukan untuk menampilkan diri sendiri, tetapi untuk memuliakan Allah yang mahamengasihi.
Memang, orang yang mengalami sentuhan ilahi secara kuat didorong untuk membagikan pengalamannya. Rahmat Tuhan tidak boleh dan tak pernah bisa disimpan untuk diri sendiri. Itulah yang terjadi dengan penderita kusta yang telah disembuhkan oleh Sang Guru Kehidupan (Mrk 1: 40-42). Walau telah dengan keras dilarang memberitakan apa yang telah dialaminya, dia tetap saja pergi ke mana-mana menceritakannya (Mrk 1: 45).
Sentuhan-sentuhan ilahi masih terjadi hingga kini. Sebagian terjadi dalam kehidupan yang biasa-biasa saja. Bukankah dalam yang biasa Tuhan melakukan hal-hal yang luar biasa? Menghela nafas yang biasa itu tiba-tiba terasa luar biasa bagi sebagian penderita Covid-19.
Orang memang perlu belajar merasakan sentuhan-sentuhan ilahi yang terjadi di tengah peristiwa dan kegiatan rutin sehari-hari. Seperti halnya ketika membuka hati orang dengan cepat merasakan sentuhan cinta, demikian pula mereka yang sungguh peka dan mendalam imannya lebih mudah mengalami sentuhan ilahi.
Shek O HK 14 Januari 2021