BERKAT
Oleh Romo Albertus Herwanta, O. Carm
Ada banyak cara merayakan pergantian tahun 2020 ke 2021. Sebagian besar mesti melakukannya hanya bersama keluarga. Tidak keluar rumah, karena pandemi. Ada pula yang melaluinya dengan tinggal di dalam kamar hotel yang udaranya cukup dingin. Sendirian. Tak boleh keluar, karena dalam masa karantina.
Perayaan malam tahun baru kali ini memang unik untuk mayoritas penduduk dunia. Yang membedakannya dari perayaan-perayaan sebelumnya adalah virus corona, Covid-19 yang hingga kini masih membuat banyak orang khawatir dan was-was.
Kondisi dunia tampaknya belum menjanjikan. Namun perputaran waktu tak dapat dihentikan dan pergantian tahun tak bisa ditunda. Mau tak mau orang memasuki tahun baru. Kendati semua memasuki tahun 2021 (yang sama), masing-masing menjalaninya dengan cara beragam.
Sebagian merayakannya dalam persiapan mental, jiwa dan rohani yang diisi dengan keyakinan bahwa semua itu berkat. Tahun baru dan segala yang ada di dalamnya, baik yang sudah pasti maupun yang masih misteri adalah berkat. Orang diajak menyambutnya dengan keyakinan itu.
Demikianlah pesan Tuhan kepada Musa, “Berbicaralah kepada Harun dan anak-anaknya: Beginilah harus kamu memberkati orang Israel, katakanlah kepada mereka: Tuhan memberkati engkau dan melindungi engkau; Tuhan menyinari engkau dengan wajah-Nya dan memberi engkau kasih karunia; Tuhan menghadapkan wajah-Nya kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera. Demikianlah harus mereka meletakkan nama-Ku atas orang Israel; maka Aku akan memberkati mereka” (Bil 6: 22-27l).
Berkat Tuhan itu tidak hanya tampak dalam kemakmuran dan kesejahteraan yang manusia dambakan. Lebih bermakna dari itu, “Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat. Ia diutus untuk menebus mereka, yang takluk kepada hukum Taurat, supaya kita diterima menjadi anak” (Gal 4: 4-5). Bahkan agar manusia menjadi ahliwaris-ahliwaris, karena Allah (Gal 4: 7).
Akhirnya, Allah itu menjadi manusia dan menampakkan kemuliaan-Nya dalam diri manusia yang disaksiian oleh para gembala (Luk 2: 16-21). Misteri ini sulit dipahami oleh manusia. Bahkan Maria yang dipilih Allah untuk menjadi sarananya tidak memahami dan hanya mampu merenungkannya (Luk 2: 19).
Berkat Tuhan atas manusia tampak dalam kehadiran-Nya yang menyertai manusia. Mereka yang menerimanya menjadi berkat bagi sesamanya. Seperti yang dilakukan Maria. Dia diangkat menjadi Bunda Allah agar dirinya yang penuh berkat bisa menjadi berkat bagi orang lain. Demikian pun mereka yang membuka tahun baru dengan kesadaran yang sama, bagi diri dan sesamanya mereka menjadi berkat.
Hong Kong, 1 Januari 2021
HR SP Maria, Bunda Allah